DESA CIBULUH
Desa Cibuluh adalah sebuah desa yang terletak di wilayah [lokasi], dan memiliki sejarah panjang yang kaya akan budaya dan tradisi. Berdiri sejak abad ke-15, Desa Cibuluh awalnya merupakan bagian dari kerajaan [nama kerajaan] yang menguasai wilayah tersebut. Nama "Cibuluh" berasal dari kata "Ci" yang berarti air, dan "Buluh" yang berarti bambu, merujuk pada melimpahnya sumber air dan tanaman bambu di daerah ini.
Pada masa penjajahan Belanda, Desa Cibuluh menjadi pusat perlawanan masyarakat setempat terhadap kolonialisme. Banyak pahlawan lokal yang muncul dari desa ini, yang dikenang melalui berbagai monumen dan cerita rakyat. Selama masa penjajahan, masyarakat Desa Cibuluh juga terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi seperti pertanian, perikanan, dan kerajinan tangan.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Desa Cibuluh mengalami perkembangan pesat dalam bidang infrastruktur dan pendidikan. Pembangunan jalan, sekolah, dan fasilitas umum lainnya semakin meningkatkan kesejahteraan warga desa. Hingga kini, Desa Cibuluh tetap mempertahankan kearifan lokal dan tradisi budaya yang diwariskan secara turun-temurun.
Setiap tahun, Desa Cibuluh mengadakan berbagai acara budaya dan festival yang menarik wisatawan dari berbagai daerah. Kegiatan seperti upacara adat, pertunjukan seni, dan pasar tradisional menjadi daya tarik utama yang mencerminkan kekayaan budaya Desa Cibuluh.
Dengan keberagaman dan kekayaan sejarahnya, Desa Cibuluh terus berkembang sambil tetap menjaga warisan budaya yang ada. Masyarakat desa bekerja sama untuk melestarikan lingkungan dan budaya, menjadikan Desa Cibuluh sebagai contoh desa yang harmonis dan berdaya saing di era modern.
Sejak tahun 1906 sudah dikenal adanya Pemerintahan, yaitu Kelurahan Ciseupan yang dipimpin oleh Bapak Salbin dan Kelurahan Bolang dipimpin oleh Bapak Jalwan. Pada waktu itu, sudah termasuk tanah goperment di zaman penjajahan Belanda.
Pada tahun 1928 berakhirlah kekuasaan di dua kelurahan tersebut, kemudian pada tahun itu juga diadakan "REMPUG" (Musyawarah) untuk menyatukan kedua kelurahan menjadi satu kelurahan.
Rencananya musyawarah itu akan dilaksanakan di kampung Bolang yang akan dihadiri oleh aparat pemerintah Kecamatan Cisalak, namun pada saat rombongan kecamatan sampai di kampung Cibuluh, ternyata jembatan bambu yang menghubungkan antara kampung Cibuluh dan kampung Bolang putus dan hanyut terbawa arus banjir waktu terjadi hujan lebat.
Akhirnya rombongan dari Kecamatan Cisalak memutuskan bahwa musyawarah tersebut harus diadakan di kampung Cibuluh. Adapun keputusan dari hasil musyawarah tersebut diantaranya:
Tempat bekerja Kepala Desa pada saat itu belum merupakan bangunan Kantor khusus, melainkan bangunan yang didirikan masyarakat sekampung Cibuluh dengan sebutan "BALANDONGAN".
Pada pertengahan tahun 1952 masyarakat Desa Cibuluh bergotong royong membangun gedung Balai Desa bertempat di kampung Cibuluh.
Pada tahun 1957, masa pemerintahan Abas, Kantor Bale Desa yang asalnya di kampung Cibuluh dipindahkan ke Bolang.
Desa Cibuluh mengalami kemajuan yang pesat di segala bidang. Adapun pembangunan yang sudah tercapai meliputi bidang-bidang sebagai berikut:
No | Nama | Masa Jabatan | Alamat |
---|---|---|---|
1 | Nurhawan | 1928 – 1930 | Cibuluh |
2 | Nalhari | 1930 – 1940 | Bolang |
3 | Wikarsa | 1940 – 1946 | Ciseupan |
4 | Ruhiya | 1946 – 1956 | Cibuluh |
5 | Abas | 1956 – 1962 | Bolang |
6 | T. Bahyar (PJS) | 1962 – 1964 | Ciseupan |
7 | Kosim (PJS) | 1964 – 1969 | Bolang |
8 | Ruchmat | 1969 – 1977 | Cibuluh |
9 | Sahman | 1977 – 1978 | Bolang |
10 | Nachwan | 1978 – 1987 | Cibuluh |
11 | Sutarman (PJS) | 1987 – 1988 | Bolang |
12 | Popo Mustopa | 1988 – 1998 | Ciseupan |
13 | Sutarman (PJS) | 1998 – 1999 | Bolang |
14 | Wahyan | 1999 – 2006 | Bolang |
15 | Kumid (PJS) | 2006 – 2006 | Bolang |
16 | Saeful Zaman | 2006 – 2018 | Ciseupan |
17 | Dadi Haryadi (PJS) | 2018 – 2019 | Bojongloa |
18 | Edi Junaedi, A.Md.Sn. | 2019 - Sekarang | Bolang |